Langsung ke konten utama

Little House In The Prairie

 



Laura
Jika kamu anak SD atau anak SMP sekitar tahun 1980-an, so pasti dengan tingkat probabilitas cukup tinggi....dan cukup meyakinkan pasti tahu siapa gadis pada gambar di atas. 
Ya..Laura.
Karakter Laura dalam film Little House In The Prairie diperankan oleh Mellisa Gilbert.
Tapi tahukah kamu jika karakter Laura dalam film tersebut sebenarnya adalah personifikasi karakter dari penulis buku Little House In The Prairie itu sendiri? 
Siapa penulis cerita Little House in The Prairie?

Laura Elizabeth Ingalls Wilder.
Laura Elizabeth Ingalls Wilder adalah seorang penulis Amerika yang terkenal dengan seri buku anak-anak Little House on the Prairie , diterbitkan antara tahun 1932 dan 1943, yang merupakan  kisah masa kecilnya di keluarga pemukim dan perintis. 
Selama tahun 1970-an dan awal 1980-an, serial NBC-TV Little House on the Prairie didasarkan pada buku-buku Little House.
Laura adalah anak kedua dari lima bersaudara yang lahir dari pasangan Caroline dan Charles Ingalls pada tanggal 7 Februari 1867. 
Saat masih kecil, Laura adalah anak perempuan Ingalls yang tomboi, lebih suka memancing atau bermain bisbol daripada yang lain. aktivitas yang lebih anggun. 
Setelah pindah ke Walnut Grove, Laura bertemu Nellie Oleson dan keduanya segera terlibat dalam persaingan terkenal yang berlangsung sepanjang masa kecil mereka. 
Laura  “benci pekerjaan rumah,” yang dia isyaratkan di sepanjang beberapa episode pertama serial tersebut.
Laura adalah penggemar berat binatang dan memiliki banyak hewan peliharaan. 
Salah satu hewan peliharaan pertamanya adalah anjingnya, Jack, yang selalu menemaninya selama bertahun-tahun. 
Dia juga memiliki seekor kuda, Bunny, yang dijual kepada keluarga Oleson untuk membelikan Caroline kompor untuk Natal.
Anjing kedua Laura, Bandit, tetap setia di sisinya sepanjang masa remaja.

Masa kecil menurut seri buku aslinya, Laura lahir di hutan pinus lebat di sepanjang tepi timur Lembah Sungai Mississippi dekat Pepin, Wisconsin, sering disebut oleh Laura dan keluarganya sebagai “Hutan Besar”. 
Namun, ketika kondisi kehidupan di daerah tersebut mulai memburuk, Charles dan Caroline memutuskan untuk memindahkan keluarganya ke Kansas. Mereka berencana untuk menetap di sebuah pertanian di padang rumput terbuka. 
Di Kansas, suatu hari, Charles membawa pulang Isaiah Edwards untuk membantu membuat rumah mereka. Isalah Edwards ini yang kemudian menjadi teman seumur hidup Laura. 
Setelah pembuatan rumah selesai,  dan memulai kehidupan baru di Kansas, keluarga Ingalls, bersama dengan semua pemukim kulit putih lainnya yang menetap ke daerah tersebut, malah diperintahkan untuk pindah lagi oleh pemerintah karena mereka berada di “sisi yang salah” dari sebuah perbatasan yang memisahkan tanah penduduk asli Amerika dari tanah yang terbuka untuk pemukiman.
Keluarga Ingalls kemudian pindah kembali ke utara dan menetap di pertanian lain, dekat Walnut Grove, Minnesota. 
Ketika Laura berusia 15 tahun, Eliza Jane Wilder datang untuk mengajar di Walnut Grove, membawa serta saudara laki-lakinya Almanzo. Laura langsung jatuh hati pada pria tampan itiu.
Di ulang tahunnya yang ke 16, Almanzo menghadiahkan Laura sebuah syal dan ciuman. Keduanya memulai hubungan dan  bertunangan. 
Ayah Laura tidak menyetujui pertunangan tersebut. Laura harus menunggu sampai dia berusia 18 tahun untuk menikah.
Namun setelah Charles melihat secara langsung betapa setianya Laura kepada Almanzo ketika dia sakit, dia setuju untuk membiarkan mereka menikah ketika Laura berusia 17 tahun. 
Laura dan Almanzo akhirnya menikah.



Belajar di ruang keluarga
Situasi yang sekarang  jarang ditemukan di rumah-rumah keluarga Indonesia.
 Atau setidaknya (buat aku), saat ini sudah tidak pernah  melihat situasi seperti yang ada pada gambar itu.
Coba perhatikan baik-baik gambarnya.
Ada anak-anak yang sedang belajar bersama di satu meja. Di ruang keluarga. 
Ada seorang ibu yang menunggui atau lebih tepatnya mengawasi,sambil nonton tv atau kadang-kadang membaca koran. 
We had the same situation in a long years ago.
Saat itu, aku punya trik yang cukup jitu jika sedang malas belajar. 
Pertama, ambil posisi duduk di kursi yang arahnya menghadap ibu. So..ibu tidak bisa melihat langsung ke buku yang sedang kita baca. 
Kedua, selipkan komik atau buku cerita di bagian tengah buku pelajaran dengan posisi terbuka,. Posisi buku dipegang di tangan, agak miring.  Jangan sekali-sekali membaca dengan meletakkan buku di atas meja. Itu akan membuat posisi komik yang  terselip di dalam buku pelajaran akan menjadi mudah terlihat oleh ibu. 
Ketiga, selalu waspada. Usahakan untuk selalu menyempatkan melirik ke arah ibu setiap 10 menit. 
Jangan sampai terjadi, tanpa kamu sadari tiba-tiba ibumu sudah ada di belakangmu. 
A child can do wrong, okay?



Lampu teplok
Lampu anti listrik padam ini cukup akrab dengan anak-anak di tahun 80-an, apalagi yang tinggal di daerah pedesaan. Ada yang menyebutnya lampu sentir. 
Ada yang tahu kenapa dinamakan lampu teplok?
Karena lampu itu sering dipasang di dinding atau tiang rumah, istilahnya "nemplok" di dinding.
Bertenaga energi minyak tanah. 
Dapat menimbulkan polusi asap  dengan capacity yang minimalis, namun untuk jangka panjang dapat menyebabkan "dark smoke - pollution" atau kita menyebu polusi itu dengan istilah "langes". Langes sangat bermanfaat untuk dipakai mengolesi wajah teman-teman yang 
ketiduran di mushola. 
Keistimewaan jika kita memakai lampu teplok adalah kita bisa memiliki ritual khusus, yang tidak bisa kita miliki jika kita menggunakan lampu listrik. 
Ritual itu adalah "nyebul lampu" atau meniup lampu sebelum tidur. Itu artinya kita bisa sekaligus merayakan "Happy Birthday" setiap malam.  Saat nyebul lampu teplok tersebut, usahakan sambil menyanyikan tembang Happy Birthday-nya New Kid On The Block. 



Charles Ingalls
Ada seorang pria yang berdiri dekat perapian. Dia adalah Charles Ingalls, si bapak dalam cerita Little House In The Prairie (Rumah Kecil di Padang Rumput). Diperankan ole Michael Landon. 
Michael Landon adalah seorang aktor, penulis, sutradara, dan produser Amerika yang cukup terkenal. 
Selain menjadi pemeran utama, ia juga berperan sebagai produser eksekutifpenulis, dan sekaligus sutradara dalam serial ini.

Lahir pada 31 Oktober 1936 di Forest Hills, New York

Awalnya dikenal dengan nama Eugene Maurice Orowitz, tetapi kemudian mengganti nama menjadi Michael Landon untuk karier aktingnya. 

Michael Landon bermain juga dalam serial televisi Bonanza, The Chips, Highway to Heaven.

Dia memiliki kontribusi besar dalam kesuksesan “Little House on the Prairie” dan menjadi salah satu tokoh ikonik dalam sejarah televisi.



Topi Koboi
Ada sebuah topi yang tergantung di dinding. Persis di belakang Michael Landon. 
Topi koboi.. 
Topinya para koboi. 
Setidaknya topi semacam itu yang sering aku lihat dalam film-film koboi jaman dulu.

Tapi di tulisan soal Topi Koboi ini, aku tidak mau membahas mengenai topi koboinya Charles Ingalls yang tergantung di dinding itu. Di sini aku akan menceritakan topi koboi yang lain..
Sebuah cerita yang telah diceritakan seseorang bernama Mbah Wir kepadaku.
Ngene, Mbah Wir bercerita:
..... Di pertengahan tahun 1963, setiap sore setelah asar, selalu melintas sepasang kuda besar di jalanan depan rumahku. .Kuda-kuda itu tinggi besar. Tegap. Ada yang cerita itu kuda-kuda tunggang dari luar Jawa. 

Sebenarnya tetangga kampungku ada juga yang memelihara kuda. Tapi kudanya kecil. Dipunggungnya diletakkan sepasang keranjang bambu. Mengingatkanku akan tas-tas yang dipasang di sepeda pos. 
Aku sering melihat tetanggaku mengangkut genteng dengan kudanya itu. Atau kadang untuk membawa rumput. Kudanya selalu dituntun, tidak dinaiki.

Penunggang-penunggang kuda besar itu sepasang ayah dan anak. Seorang laki-laki setengah baya, kurus, tinggi. Memiliki tatapan mata yang tajam. Menaiki kuda putih.
Penunggang lainnya seorang anak perempuan. Usianya baru 15 tahun-an. Rambutnya panjang dikuncir. Walaupun badannya kecil, namun terlihat cukup terampil "nyengklang" kudanya. Kudanya berwarna merah.
Sepasang kuda itu akan kembali melintas sesaat menjelang maghrib tiba. Derap lari kuda terdengar lebih cepat seolah-olah berlomba dengan turunnya surup, yang pelan-pelan menelan cahaya sore.
Laki-laki sang penunggang kuda,  selalu mengenakan penutup kepala yang sama. Sebuah topi koboi klawu, dengan sleret dua garis hitam di tengahnya.

,.............

Salatiga. Akhir December 2023. Tengah malam menjelang tahun baru. 
Tergantung satu topi lebar di sudut ruang pakaian, di rumahku.
Topi koboi klawu penunggang kuda putih itu.


...................🌱.....................


Catatan:
"Dulu, aku dan kakekmu, kalo sore seneng mlaku-mlaku, berkuda. Kadang sampai Susukan atau Karanggede, kadang "tekan" Klero. Pulangnya trus "nyangking" sate. Jaranku gedhe,dhuwur. Abang."

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ramadhan di Balikpapan

Ramadhan telah tiba. Sejak menginjakan kaki di airport Sepinggan enam bulan yang lalu, wekker- ku seolah-olah berputar sangat cepat.  Tiba-tiba saja..,. ujug-ujug sudah memasuki bulan Ramadhan. Ngerti-ngerti wes poso. Puasa tahun pertama di Balikpapan... ........... ☘️......... Ahmad Yani Airport. Akhir September 2023. Flight- ku masih satu jam lagi. Setengah mengantuk aku menuju ke toilet bandara. Cuci muka.. .................. Terasa sangat berbeda. Beberapa tahun lalu, sekitar lima atau enam tahun lalu saat aku masih wira-wiri  Semarang - Jakarta (aku lupa tahun berapa aku terakhir naik pesawat), saat itu airport ini masih belum selesai. Di sana-sini interiorrnya masih under construction . Tapi yang jelas bandara baru ini sudah dioperasikan untuk melayani penerbangan sipil, menggantikan bandara lama yang terletak di sampingnya.  Koridor dari tempat check-in menuju ruang tunggu penumpang masih polos. Bersih. Membosankan.   Hanya saja, yen ora keliru , waktu itu lukisan raksasa kary

Kamarintah, Republiken, Kamardikan dan Sego Godog..

Sekitar tahun 80-an hingga awal 90-an sebuah gerobak kecil mangkal di seberang jalan Rumah Sakit Tentara Dokter Asmir Salatiga. Setiap malam gerobak tua dengan anglo arang yang selalu menebarkan asap 'kemeluk" tebal itu, selalu dipenuhi oleh orang-orang yang asyik ngobrol. Air bekas cucian gelas kotor kopi dan teh bolak-balik dibuang di selokan.  Orang-orang menambahkan gumpalan-gumpalan "keluk" rokok diantara asap arang kelapa dari anglo yang pernah putus. Sego godog. Tangan tua yang dipenuhi keriput, dengan cekatan menuangkan air, menambahkan nasi , menambahkan bumbu. Mengaduk-aduk. Diakhiri dengan "nyiduk" nasi berkuah yang kebul-kebul, menuangkannya ke dalam piring. Begitulah sang tangan tua keriput itu berulang kali menjalankan ritual yang sama. Dan selalu akan ada tangan lain yang berganti-ganti, mengambil dan menerima piring isi nasi berkebul-kebul dari tangan keriputnya. Kadang-kadang di saat rehat, saat semua pelanggannya sudah menerima piring nasi

LEBARAN DI KAMPUNG HALAMAN

Jam menunjukkan pukul 19.33 WIB saat pesawat Lion Air flight 625 Balikpapan- Semarang mendarat di Airport Ahmad Yani Semarang.  Aku menutup tablet. Bersiap untuk turun.  Aku menengok keluar jendela. I see..... Home.  ......... Sepinggan Airport. Seorang laki-laki Dayak larut dalam tarian. Kaki bergerak berirama, menyapu bumi. Tangan meliuk bagaikan kepakan sayap. Melayang-melayang dalam kedamaian. Mencipta gerakan penuh rasa, menyatu dalam notasi keindahan Sape. Simple is beauty.  La beauté est simple. Keindahan dalam paduan gerak dan irama, melebur ke dalam kemurnian alam. Living in harmony . Nature is mother of culture. Alam memberikan kehidupan. Alam menerima kehidupan. Hubungan kausalitas dalam keseimbangan. ..... Dimanapun kita berada, itu adalah rumah kita.  Ketika pesawat take off pukul 18.50 WITA. Meninggalkan Sepinggan. Dalam hati aku merasa.... I left    my home ,  to go back to my home..  ........... Mobil meluncur di tol Semarang-Salatiga. Persis sebelum rest area Salatig

Sebuah rumah di jalan Kemiri Salatiga

Saya akan bercerita sedikit sambil menunggu kopi yang tak kunjung datang..  Ngene ceritane..dulu...di awal tahun 90-an, aku masih menempuh pendidikan di salah satu SMA di Jl. Kemiri Raya Salatiga.  Saat itu... Ada sebuah rumah besar di daerah Kemiri Candi Salatiga yang sangat menarik perhatianku. Bila kita memandang rumah itu, Nuansanya terasa sangat berbeda. Sangat membumi. Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan rumah-rumah di sekitarnya. Arsitekturnya cukup unik.  Luas dan asri. Itu adalah rumahnya Pak Arief Budiman dan Bu Leila Ch. Budiman...   The house is located in Kemiri Village, Kemiri Candi street, at the foot of Mount Merbabu.  It was built in 1985, after Arief Budiman returned from his doctoral studies at Harvard University. He choose Salatiga as his home because he felt alienated and disappointed by the rapid development and social in justice in Jakarta.  He wanted to live in a more peaceful and natural environment, where he could pursue his academic and artistic intere

Kemerdekaan Berserikat Berkumpul NGOPI-NGOPI

Deretan rak berisi buku-buku berjejer di sepanjang dinding dekat pintu utama. Sang Owner sepertinya sengaja meletakkan rak buku itu di situ. Bagian terdepan yang pertama akan langsung kita temui adalah buku- buku tua - tebal - kelihatan agak lusuh, jika kita memasuki ruangan itu. Ada photo besar dengan pigura antik. Seorang Belanda bertopi putih, berdiri gagah. Di bawahnya ada deretan pigura-pigura kecil ditata rapi. Penuh dengan photo-photo lawas. Sebuah perkebunan kopi. Berangka tahun 1938.  .,........ Tahun 1929. Loji Belanda bercat putih. Halaman luas. Arsitektur indische.  Gaya arsitektur indische adalah adaptasi dan paduan antara arsitektur Eropa dengan arsitektur lokal tropis Indonesia. Rumah besar ini dibangun oleh  CP Wolff Schoemaker, seorang arsitek berkebangsaan Belanda.  Jendela kayu besar-besar. Lantai keramik teraso. Gazebo taman kecil berada di samping rumah.  " Maria...speel niet in de tuin. Laten we het huis binnengaan. Binnenkort gaat het regenen." Terdenga

Sugih tanpa Banda

Aku mau cerita dikit mengenai syair atau lirik lagu "Sugih Tanpa Banda". Ayok kita ngoceh ngalor ngidul lagi....sinambi ngopi karo nyawang lintang ngalih..  .................. Syair tembang "Sugih Tanpa Banda" ini menggambarkan bagaimana seseorang yang telah mencapai tingkat kesempurnaan dalam tasawuf, yaitu maqam al-fana, yaitu keadaan di mana seseorang telah lenyap dari segala sesuatu selain Allah SWT.   Orang yang telah fana ini merasa kaya tanpa harta, kuat tanpa mantra, menang tanpa merendahkan orang lain, dan bahagia tanpa ada kesedihan.  Orang ini juga menerima apa yang Allah berikan dengan pasrah, tidak mengharapkan balasan, dan memiliki nama yang baik di mata Allah dan manusia.   Syair tembang ini merupakan salah satu karya dari RM Sosrokartono, seorang filsuf dan sufi Jawa yang menguasai 17 bahasa dan banyak ilmu pengetahuan.   Syair ini mengandung ajaran tasawuf Islam yang sangat mendalam dan relevan dengan kehidupan kita sehari-hari.   Tasawuf adalah ilm

10 OF THE MOST FAMOUS AND INSTAGRAM-ABLE COFFEE SHOP IN SALATIGA

 Hello, everyone! Welcome back to my blog, where I share with you my passion for coffee and travel. In this blog, I'm going to take you to Salatiga, a charming city in Central Java, Indonesia, where I visted 10 of the most famous and Instagram-able coffee shops. Salatiga is known for its cool climate, beautiful scenery, and rich culture. It's also a great place to enjoy some of the best coffee in the country.  So, without further ado, let's get started! 1. PINOG COFFEE The first coffee shop that I visited was Pinog Coffee, which was established in 2016. This cafe has a cozy and minimalist interior, with wooden furniture and green plants.  They serve various kinds of coffee, from espresso to manual brew, as well as tea, juice, and smoothies. I ordered a cappuccino and a slice of banana cake, and they were both delicious. The coffee was smooth and creamy, and the cake was moist and fluffy.  I also liked the friendly and attentive service from the staff. 2. CLEVERLY EATERY The

Negeri Para Ksatria Bra Tara

  " Ada sebuah cerita negeri timur raya. Alamnya indah,  penduduknya ramah. Berbagai suku bangsa dan budayanya. Mereka menyebutnya Nusantara. Membentang bagai permata di khatulistiwa. Hijau hutannya, biru lautnya. Berlambang burung Garuda, tersemat di dada. Bhineka Tinggal Ika-lah jiwanya....." Tulisan ini dimulai dengan lirik bait lagu yang ditulis oleh seorang dosen "gaul asyiik" dari salah satu universitas negeri ternama di Yogyakarta.  "Mereka menyebutnya Nusantara."  Kata Nusantara merupakan gabungan kata Nuswa (atau Nusa), Anta dan Tara. Nuswa artnya pulau tempat tinggal. Anta artinya laki-laki kesatria. Tara  artinya mulia.  So.... Nusantara atau Nuswantara berarti pulau atau kepulauan yang merupakan tempat tinggal para kesatria yang mulia.  ........... Lambang burung Garuda pada photo di atas merupakan lambang negara yang tergantung di dinding ruangan hall   pada salah satu bangunan colonial di kota Bogor, Jawa Barat. Bangunan itu  dibangun oleh