Langsung ke konten utama

Deni Si Manusia Ikan


Deni Si Manusia Ikan adalah serial komik karya Scott Goodall dan John Stokes yang pertama kali diterbitkan di majalah Buster antara tahun 1968 dan 1975. Ini bercerita tentang Deni, seorang anak laki-laki yang terdampar di sebuah pulau dan belajar bernapas di bawah air dan berkomunikasi dengan makhluk air. Dia juga memiliki insang dan tangan dan kaki berselaput yang memungkinkannya berenang cepat. Tujuan hidupnya adalah menemukan orang tuanya, yang terpisah darinya di laut dekat Papua Nugini dan mengira dia sudah mati.  Sepanjang perjalanannya, Deni membantu banyak orang, baik di bawah maupun di atas air. Dia juga menghadapi banyak penjahat dan tantangan. Serial komik berakhir pada tahun 1975, ketika Deni akhirnya bersatu kembali dengan orang tuanya dan mengakhiri petualangannya.

Plot buku ini penuh dengan aksi, ketegangan, dan fantasi. Penulis menciptakan dunia yang hidup dan imajinatif di mana Deni menjelajahi berbagai daerah dan budaya, bertemu dengan berbagai hewan dan tumbuhan laut, dan bertarung melawan kekuatan jahat. Plotnya juga episodik, karena setiap bab menghadirkan masalah atau situasi baru yang harus dihadapi Deni. Penulis menggunakan cliffhangers dan twists untuk membuat pembaca tetap terlibat dan ingin tahu tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pengembangan karakter juga dilakukan dengan baik, karena Deni tumbuh dari anak laki-laki yang naif dan lugu menjadi pahlawan yang berani dan dewasa. Dia belajar banyak keterampilan dan nilai-nilai, seperti bertahan hidup, persahabatan, kesetiaan, keberanian, kasih sayang, dan keadilan. Dia juga menghadapi ketakutan dan keraguannya, dan mengatasi kelemahan dan godaannya. Dia mengembangkan ikatan yang kuat dengan teman-teman hewannya, terutama teman lumba-lumbanya, Dodo. Dia juga menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada orang-orang yang dia temui dan bantu, terlepas dari ras, agama, atau latar belakang mereka.

Gaya penulisannya sederhana dan jelas, cocok untuk pembaca muda. Penulis menggunakan bahasa deskriptif dan citra untuk menyampaikan pengaturan dan emosi karakter. Dia juga menggunakan dialog dan humor untuk membuat cerita lebih hidup dan realistis. Dia menggabungkan beberapa elemen pendidikan dan moral, seperti fakta tentang kehidupan laut, masalah lingkungan, keragaman budaya, dan keadilan sosial. Dia juga menggunakan beberapa teknik sastra, seperti simbolisme, bayangan, ironi, dan alegori, untuk meningkatkan makna dan pesan cerita.

Dampak keseluruhan dari buku ini positif dan menginspirasi. Buku ini menghibur dan mendidik pembaca, sementara juga menyampaikan pesan yang kuat dan universal tentang pentingnya keluarga, persahabatan, petualangan, dan kebebasan. Buku ini juga mendorong pembaca untuk menghargai dan melindungi alam, dan untuk menghormati dan membantu orang lain yang berbeda atau membutuhkan. Buku ini juga merayakan semangat dan potensi manusia, dan kekuatan cinta dan harapan.

Saya akan merekomendasikan buku ini kepada siapa saja yang menyukai buku komik, terutama mereka yang menyukai genre petualangan, fantasi, dan fiksi ilmiah. Saya pikir buku ini cocok untuk pembaca dari segala usia, karena memiliki sesuatu untuk semua orang. Saya pikir buku ini klasik dan mahakarya, dan saya memberikannya peringkat 5 dari 5 bintang.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dolce Far Niente

🌿 Saat waktu tak lagi menuntut, saat angin hanya berbisik pelan. Saat aku duduk di antara cahaya dan bayanganku sendiri.  Tidak ada yang harus diselesaikan. Tidak ada yang perlu dimenangkan. Hanya waktu yang mengalir tenang--berjalan tanpa suara, Dan hanya pikiranku yang menari--mengalir perlahan di dalamnya. Di kedalaman keindahan Sape, Kutemukan laut yang bisa bersenandung, Kurasakan hutan pegunungan yang diam dalam kebijaksanaan.  Aku belajar kearifan masyarakat tepian sungai, menghayati kehalusan hati masyarakat pedalaman hutan. Aku hidup tanpa beban— menghirup manisnya udara--Bahagia tanpa melakukan apa-apa. Dolce far niente...Tiada melakukan apa-apa bukan berarti hampa— tapi adalah suatu keberadaan yang tak membutuhkan pembuktian.

Ramadhan di Balikpapan

Ramadhan telah tiba. Sejak menginjakan kaki di airport Sepinggan enam bulan yang lalu, wekker- ku seolah-olah berputar sangat cepat.  Tiba-tiba saja..,. ujug-ujug sudah memasuki bulan Ramadhan. Ngerti-ngerti wes poso. Puasa tahun pertama di Balikpapan... ........... ☘️......... Ahmad Yani Airport. Akhir September 2023. Flight- ku masih satu jam lagi. Setengah mengantuk aku menuju ke toilet bandara. Cuci muka.. .................. Terasa sangat berbeda. Beberapa tahun lalu, sekitar lima atau enam tahun lalu saat aku masih wira-wiri  Semarang - Jakarta (aku lupa tahun berapa aku terakhir naik pesawat), saat itu airport ini masih belum selesai. Di sana-sini interiorrnya masih under construction . Tapi yang jelas bandara baru ini sudah dioperasikan untuk melayani penerbangan sipil, menggantikan bandara lama yang terletak di sampingnya.  Koridor dari tempat check-in menuju ruang tunggu penumpang masih polos. Bersih. Membosankan.   Hanya saja, yen ora keliru , waktu ...

Kamarintah, Republiken, Kamardikan dan Sego Godog

Sekitar tahun 80-an hingga awal 90-an sebuah gerobak kecil mangkal di seberang jalan Rumah Sakit Tentara Dokter Asmir Salatiga. Setiap malam gerobak tua dengan anglo arang yang selalu menebarkan asap " kemeluk " tebal itu, selalu dipenuhi oleh orang-orang yang asyik ngobrol. Air bekas cucian gelas kotor kopi dan teh bolak-balik dibuang di selokan.  Orang-orang menambahkan gumpalan-gumpalan " keluk " rokok diantara asap arang kelapa dari anglo yang pernah putus. Sego godog. Tangan tua yang dipenuhi keriput, dengan cekatan menuangkan air, menambahkan nasi , menambahkan bumbu. Mengaduk-aduk. Diakhiri dengan " nyiduk " nasi berkuah yang kebul-kebul, menuangkannya ke dalam piring. Begitulah sang tangan tua keriput itu berulang kali menjalankan ritual yang sama. Dan selalu akan ada tangan lain yang berganti-ganti, mengambil dan menerima piring isi nasi berkebul-kebul dari tangan keriputnya. Kadang-kadang di saat rehat, saat semua pelanggannya sudah menerima piri...