Langsung ke konten utama

SOPHIE'S WORLD . DUNIA SOPHIE



Dunia Sophie adalah sebuah buku yang ditulis oleh Jostein Gaarder, seorang penulis dan guru filsafat asal Norwegia. Buku ini pertama kali terbit pada tahun 1991 dalam bahasa Norwegia dengan judul Sofies verden, dan hingga kini telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 60 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. 

Buku ini adalah sebuah bestseller internasional dan telah diadaptasi menjadi sebuah film dan sebuah permainan komputer.

Buku ini terdiri dari empat bagian utama, yaitu:

  • Bagian Pertama: Dunia Helenistik. Di bagian ini, Sophie belajar tentang filsafat Yunani kuno, mulai dari para filsuf pra-Sokrates hingga zaman Helenistik. Dia juga belajar tentang mitologi Yunani, agama-agama Timur, dan mistisisme. Sophie mulai menyadari bahwa dunianya mungkin tidak sesederhana yang dia kira, dan bahwa ada banyak cara untuk melihat dan memahami kenyataan.
  • Bagian Kedua: Abad Pertengahan. Di bagian ini, Sophie belajar tentang perkembangan filsafat di Eropa selama Abad Pertengahan, yang ditandai oleh pengaruh besar agama Kristen. Dia juga belajar tentang konsep-konsep seperti Tuhan, jiwa, dosa, dan kehendak bebas. Sophie mulai bertanya-tanya tentang hubungannya dengan Tuhan, dan apakah dia memiliki pilihan dalam hidupnya.
  • Bagian Ketiga: Zaman Baru. Di bagian ini, Sophie belajar tentang revolusi ilmiah dan filsafat modern, yang dimulai dari Renaisans hingga Abad Pencerahan. Dia juga belajar tentang konsep-konsep seperti rasionalisme, empirisme, skeptisisme, idealisme, dan materialisme. Sophie mulai menyadari bahwa ada banyak konflik dan paradoks dalam filsafat, dan bahwa tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan-pertanyaan besar.
  • Bagian Keempat: Zaman Kita. Di bagian ini, Sophie belajar tentang filsafat kontemporer, yang mencakup aliran-aliran seperti romantisme, eksistensialisme, marxisme, dan postmodernisme. Dia juga belajar tentang teori-teori seperti evolusi, psikoanalisis, feminisme, dan lingkungan. Sophie mulai mempertanyakan identitas dan perannya dalam dunia, dan apakah dia bisa membuat perbedaan.

Selain belajar tentang filsafat, Sophie juga mengalami berbagai kejadian aneh dan ajaib, yang ternyata disebabkan oleh Albert Knag, seorang penulis yang menciptakan dunia Sophie sebagai hadiah ulang tahun untuk putrinya, Hilde. 

Albert Knag mengirimkan kartu pos kepada Hilde, yang juga diterima oleh Sophie dan Alberto, dan berisi pesan-pesan rahasia dan tantangan. 

Albert Knag juga mengganggu dunia Sophie dengan mengirimkan tokoh-tokoh fiksi seperti Si Kecil Berkerudung Merah dan Ebenezer Scrooge untuk berbicara dengan Sophie. 

Sophie dan Alberto akhirnya menyadari bahwa mereka adalah karakter fiksi, dan mencoba untuk melawan kendali Albert Knag dengan mempelajari segala hal yang diketahui Alberto tentang filsafat. 

Alberto berhasil merancang sebuah rencana agar dia dan Sophie bisa akhirnya lolos dari imajinasi Albert Knag, dengan bantuan Hilde, yang mulai membaca naskah novel tersebut dan berbalik melawan ayahnya.


Buku ini adalah sebuah pengantar yang menarik dan mudah dipahami untuk mempelajari filsafat Barat, yang mencakup berbagai tokoh, ide, dan aliran yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran manusia. 

Buku ini juga memiliki banyak pesan dan makna, seperti pentingnya berpikir kritis, menghargai keajaiban dunia, dan menemukan jati diri dan tujuan hidup. Buku ini juga merupakan sebuah karya sastra yang kreatif dan unik, yang menggabungkan unsur-unsur misteri, fantasi, dan metafiksi.


Novel ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang berbagai tokoh, ide, dan aliran filsafat, tetapi juga mengandung beberapa pesan moral yang dapat diambil oleh pembaca. Berikut adalah beberapa pesan moral dari novel Dunia Sophie:

  • Pentingnya berpikir kritis dan meragukan segala sesuatu. Novel ini menunjukkan bahwa filsafat adalah sebuah usaha untuk mencari kebenaran dengan menggunakan akal budi dan logika. Sophie belajar untuk tidak menerima segala hal yang diberitahukan kepadanya, tetapi untuk menanyakan dan meneliti sendiri. Novel ini mengajarkan pembaca untuk tidak mudah terpengaruh oleh opini, tradisi, atau otoritas, tetapi untuk berani mempertanyakan dan menguji segala hal dengan rasional dan objektif.
  • Menghargai keajaiban dan keindahan dunia. Novel ini menunjukkan bahwa filsafat adalah sebuah cara untuk mengagumi dan menikmati dunia dengan lebih dalam. Sophie belajar untuk melihat dunia dengan mata yang baru, dan menyadari bahwa ada banyak hal yang menakjubkan dan indah di sekitarnya. Novel ini mengajarkan pembaca untuk tidak menganggap remeh atau membosankan dunia, tetapi untuk selalu merasa kagum dan bersyukur atas segala ciptaan dan fenomena yang ada di dunia.
  • Menemukan jati diri dan tujuan hidup. Novel ini menunjukkan bahwa filsafat adalah sebuah proses untuk mengenal diri sendiri dan makna hidup. Sophie belajar untuk mempertanyakan siapa dirinya, dari mana asalnya, dan ke mana tujuannya. Novel ini mengajarkan pembaca untuk tidak hidup secara pasif atau acak, tetapi untuk mencari dan menentukan identitas dan tujuan hidup mereka sendiri.


Saya sarankan pengguna untuk membaca buku tersebut sendiri, jika ingin mengetahui lebih detail dan mendalam tentang cerita dan filsafat yang disampaikan oleh penulis. 

Saya yakin pengguna akan menikmati dan mendapatkan banyak manfaat dari buku tersebut.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dolce Far Niente

🌿 Saat waktu tak lagi menuntut, saat angin hanya berbisik pelan. Saat aku duduk di antara cahaya dan bayanganku sendiri.  Tidak ada yang harus diselesaikan. Tidak ada yang perlu dimenangkan. Hanya waktu yang mengalir tenang--berjalan tanpa suara, Dan hanya pikiranku yang menari--mengalir perlahan di dalamnya. Di kedalaman keindahan Sape, Kutemukan laut yang bisa bersenandung, Kurasakan hutan pegunungan yang diam dalam kebijaksanaan.  Aku belajar kearifan masyarakat tepian sungai, menghayati kehalusan hati masyarakat pedalaman hutan. Aku hidup tanpa beban— menghirup manisnya udara--Bahagia tanpa melakukan apa-apa. Dolce far niente...Tiada melakukan apa-apa bukan berarti hampa— tapi adalah suatu keberadaan yang tak membutuhkan pembuktian.

Ramadhan di Balikpapan

Ramadhan telah tiba. Sejak menginjakan kaki di airport Sepinggan enam bulan yang lalu, wekker- ku seolah-olah berputar sangat cepat.  Tiba-tiba saja..,. ujug-ujug sudah memasuki bulan Ramadhan. Ngerti-ngerti wes poso. Puasa tahun pertama di Balikpapan... ........... ☘️......... Ahmad Yani Airport. Akhir September 2023. Flight- ku masih satu jam lagi. Setengah mengantuk aku menuju ke toilet bandara. Cuci muka.. .................. Terasa sangat berbeda. Beberapa tahun lalu, sekitar lima atau enam tahun lalu saat aku masih wira-wiri  Semarang - Jakarta (aku lupa tahun berapa aku terakhir naik pesawat), saat itu airport ini masih belum selesai. Di sana-sini interiorrnya masih under construction . Tapi yang jelas bandara baru ini sudah dioperasikan untuk melayani penerbangan sipil, menggantikan bandara lama yang terletak di sampingnya.  Koridor dari tempat check-in menuju ruang tunggu penumpang masih polos. Bersih. Membosankan.   Hanya saja, yen ora keliru , waktu ...

Kamarintah, Republiken, Kamardikan dan Sego Godog

Sekitar tahun 80-an hingga awal 90-an sebuah gerobak kecil mangkal di seberang jalan Rumah Sakit Tentara Dokter Asmir Salatiga. Setiap malam gerobak tua dengan anglo arang yang selalu menebarkan asap " kemeluk " tebal itu, selalu dipenuhi oleh orang-orang yang asyik ngobrol. Air bekas cucian gelas kotor kopi dan teh bolak-balik dibuang di selokan.  Orang-orang menambahkan gumpalan-gumpalan " keluk " rokok diantara asap arang kelapa dari anglo yang pernah putus. Sego godog. Tangan tua yang dipenuhi keriput, dengan cekatan menuangkan air, menambahkan nasi , menambahkan bumbu. Mengaduk-aduk. Diakhiri dengan " nyiduk " nasi berkuah yang kebul-kebul, menuangkannya ke dalam piring. Begitulah sang tangan tua keriput itu berulang kali menjalankan ritual yang sama. Dan selalu akan ada tangan lain yang berganti-ganti, mengambil dan menerima piring isi nasi berkebul-kebul dari tangan keriputnya. Kadang-kadang di saat rehat, saat semua pelanggannya sudah menerima piri...