Langsung ke konten utama

Sugih tanpa Banda


Aku mau cerita dikit mengenai syair atau lirik lagu "Sugih Tanpa Banda".

Ayok kita ngoceh ngalor ngidul lagi....sinambi ngopi karo nyawang lintang ngalih.. 


..................

Syair tembang "Sugih Tanpa Banda" ini menggambarkan bagaimana seseorang yang telah mencapai tingkat kesempurnaan dalam tasawuf, yaitu maqam al-fana, yaitu keadaan di mana seseorang telah lenyap dari segala sesuatu selain Allah SWT. 

 Orang yang telah fana ini merasa kaya tanpa harta, kuat tanpa mantra, menang tanpa merendahkan orang lain, dan bahagia tanpa ada kesedihan. 

Orang ini juga menerima apa yang Allah berikan dengan pasrah, tidak mengharapkan balasan, dan memiliki nama yang baik di mata Allah dan manusia. 

 Syair tembang ini merupakan salah satu karya dari RM Sosrokartono, seorang filsuf dan sufi Jawa yang menguasai 17 bahasa dan banyak ilmu pengetahuan. 

 Syair ini mengandung ajaran tasawuf Islam yang sangat mendalam dan relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. 

 Tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan kita untuk membersihkan hati dari segala kotoran dan hiasan dunia, sehingga kita bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT, sang Pencipta segala sesuatu. 

 Tasawuf juga mengajarkan kita untuk mengenal diri sendiri, mengendalikan nafsu, dan menjalani hidup dengan sederhana, ikhlas, dan tawakal. 

Lirik lagu ini terdiri dari delapan baris yang masing-masing memiliki makna yang dalam. Berikut adalah penjelasan singkat dari setiap baris: 

 Sugih tanpa banda: artinya kaya tanpa harta. Maknanya adalah bahwa kekayaan itu tidak harus diukur dari harta benda, tetapi dari keimanan, keilmuan, kebajikan, dan kebahagiaan yang ada di dalam hati. 

 Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa harta adalah salah satu fitnah yang bisa menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan. 


 Digdaya tanpa aji: artinya kuat tanpa mantra. Maknanya adalah bahwa kekuatan itu tidak didapat dari ajian atau jimat, tetapi dari kepercayaan, keberanian, dan kepasrahan kepada Allah SWT. 

 Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa tidak ada daya dan upaya selain dari Allah SWT. 


 Nglurug tanpa bolo: artinya menyerang tanpa musuh. 

 Maknanya adalah bahwa tujuan hidup itu bukan untuk mencari musuh atau permusuhan, tetapi untuk mencari kawan atau persaudaraan. 

 Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa orang beriman itu bersaudara, dan tidak boleh saling bermusuhan. 


 Menang tanpa ngasorake: artinya menang tanpa merendahkan. 

 Maknanya adalah bahwa kemenangan itu bukan untuk membanggakan diri atau menyombongkan diri, tetapi untuk bersyukur dan berbagi. 

 Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa orang yang sombong itu tidak akan masuk surga. 


 Trimah mawi pasrah: artinya menerima dengan pasrah. 

 Maknanya adalah bahwa sikap hidup itu harus menerima apa yang Allah berikan dengan pasrah, baik itu suka maupun duka, baik itu senang maupun sedih. 

 Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa orang yang sabar itu akan mendapat pahala yang besar. 


 Sepi pamrih tebih ajrih: artinya tanpa pamrih lebih berkah, jauh dari rasa takut. 

Maknanya adalah bahwa perbuatan baik itu harus dilakukan tanpa mengharapkan balasan atau imbalan, tetapi hanya karena Allah SWT. 

 Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa orang yang ikhlas itu akan mendapat ridha Allah SWT. 


 Langgeng tan ana susah tan ana bungah: artinya langgeng tanpa ada susah tanpa ada bahagia. 

 Maknanya adalah bahwa keadaan hidup itu harus selalu stabil dan seimbang, tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi luar, tetapi lebih mengandalkan kondisi dalam. 

 Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa orang yang zuhud itu tidak tergoda oleh dunia. 


 Anteng manteng sugeng jeneng: artinya tenang mantap bahagia nama. 

 Maknanya adalah bahwa akhir dari hidup ini adalah mencapai ketenangan, kematangan, kebahagiaan, dan nama baik di sisi Allah SWT dan manusia. 

 Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang mengatakan bahwa orang yang bertakwa itu akan mendapat kebaikan di dunia dan akhirat. 


 Lirik lagu ini juga sangat kental dengan nilai-nilai Islam, merupakan salah satu contoh akulturasi antara budaya Jawa dan agama Islam yang harmonis dan indah. 





............,,............................

 *(Mataku tiba-tiba melek..wuallah ternyata aku mung bermimpi. Lanjut tidur lagi...)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dolce Far Niente

🌿 Saat waktu tak lagi menuntut, saat angin hanya berbisik pelan. Saat aku duduk di antara cahaya dan bayanganku sendiri.  Tidak ada yang harus diselesaikan. Tidak ada yang perlu dimenangkan. Hanya waktu yang mengalir tenang--berjalan tanpa suara, Dan hanya pikiranku yang menari--mengalir perlahan di dalamnya. Di kedalaman keindahan Sape, Kutemukan laut yang bisa bersenandung, Kurasakan hutan pegunungan yang diam dalam kebijaksanaan.  Aku belajar kearifan masyarakat tepian sungai, menghayati kehalusan hati masyarakat pedalaman hutan. Aku hidup tanpa beban— menghirup manisnya udara--Bahagia tanpa melakukan apa-apa. Dolce far niente...Tiada melakukan apa-apa bukan berarti hampa— tapi adalah suatu keberadaan yang tak membutuhkan pembuktian.

Ramadhan di Balikpapan

Ramadhan telah tiba. Sejak menginjakan kaki di airport Sepinggan enam bulan yang lalu, wekker- ku seolah-olah berputar sangat cepat.  Tiba-tiba saja..,. ujug-ujug sudah memasuki bulan Ramadhan. Ngerti-ngerti wes poso. Puasa tahun pertama di Balikpapan... ........... ☘️......... Ahmad Yani Airport. Akhir September 2023. Flight- ku masih satu jam lagi. Setengah mengantuk aku menuju ke toilet bandara. Cuci muka.. .................. Terasa sangat berbeda. Beberapa tahun lalu, sekitar lima atau enam tahun lalu saat aku masih wira-wiri  Semarang - Jakarta (aku lupa tahun berapa aku terakhir naik pesawat), saat itu airport ini masih belum selesai. Di sana-sini interiorrnya masih under construction . Tapi yang jelas bandara baru ini sudah dioperasikan untuk melayani penerbangan sipil, menggantikan bandara lama yang terletak di sampingnya.  Koridor dari tempat check-in menuju ruang tunggu penumpang masih polos. Bersih. Membosankan.   Hanya saja, yen ora keliru , waktu ...

Kamarintah, Republiken, Kamardikan dan Sego Godog

Sekitar tahun 80-an hingga awal 90-an sebuah gerobak kecil mangkal di seberang jalan Rumah Sakit Tentara Dokter Asmir Salatiga. Setiap malam gerobak tua dengan anglo arang yang selalu menebarkan asap " kemeluk " tebal itu, selalu dipenuhi oleh orang-orang yang asyik ngobrol. Air bekas cucian gelas kotor kopi dan teh bolak-balik dibuang di selokan.  Orang-orang menambahkan gumpalan-gumpalan " keluk " rokok diantara asap arang kelapa dari anglo yang pernah putus. Sego godog. Tangan tua yang dipenuhi keriput, dengan cekatan menuangkan air, menambahkan nasi , menambahkan bumbu. Mengaduk-aduk. Diakhiri dengan " nyiduk " nasi berkuah yang kebul-kebul, menuangkannya ke dalam piring. Begitulah sang tangan tua keriput itu berulang kali menjalankan ritual yang sama. Dan selalu akan ada tangan lain yang berganti-ganti, mengambil dan menerima piring isi nasi berkebul-kebul dari tangan keriputnya. Kadang-kadang di saat rehat, saat semua pelanggannya sudah menerima piri...